Air mata ibu
mengalir,
bila mendengar tangisan si kecil,
masih merah salutan darah kelahiran.
Biarpun penat bersabung nyawa,
senyuman tetap terukir
ceria memekar taman jiwa.
Segala puncak sengsara
hancur semerta,
selamat zuriat melihat dunia...
Air mata ibu
menitis lagi,
bimbang resah mengulit diri,
sepanjang malam berjaga gelisah,
kerana si kecil masih mentah
meraung sakit ditimpa musibah...
Hari itu,
air mata ibu
bergerimis lagi,
bukan kepiluan
tapi kebanggaan,
melihat permata digilap kejayaan
tak kering bibirnya dengan senyuman,
tak lekang lidahnya pujian kesyukuran...
Takdir tuhan siapa menyangka,
harap panas bertahan
sang hujan bertamu ditengah laman...
Tika ini,
air mata ibu
bergenang kelukaan,
hati tua robek
sarat calaran,
permata kebanggaan
hilang kilauan kemanusiaan,
didikan tinggi tiada pedoman,
akibat gelap hati iman
harta nafsu jadi panduan...
Kemuliaan ibu,
hilang
ditimbus padam,
insan mulia
yang sarat pengorbanan
ditinggal gersang...
Rintihan si ibu,
Kesepian...
Kesedihan...
Kekecewaan...
Bukan balasan jasa
pintaan jua,
cukuplah secebis kasih permata
sementara jasad bersisa nyawa
biar tenang menutup mata...